Hak Istimewah

Hak Istimewah

Bacaan: Kejadian 25:19-34

Kunci sukses:
Jangan menukar status kita sebagai anak-anak Tuhan dengan apapun juga.

Memperdalam akar iman:
”Sahut Esau: “Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?” Kejadian 25:32

 

Sebagai anak pertama, Esau sebenarnya memiliki hak kesulungan yang sangat istimewa. Dibandingkan Yakub, ia mendapat porsi berkat dari Ishak yang lebih banyak. Namun, sayangnya ia tidak sungguh-sungguh memahami keistimewaan statusnya di dalam keluarga.

Seperti yang diketahui, ketika ia baru saja pulang berburu dan lapar, dengan tanpa beban ia mau melepas begitu saja hak kesulungan yang ia miliki. Walau usia yang tidak muda lagi dijadikannya sebagai alasan, tetapi sesungguhnya bukan itu yang mendorong dirinya untuk melakukan semua itu. 

Lalu apa? Jawabannya sederhana yakni karena Esau menyepelekan status hak sulungnya tersebut. Ia tidak benar-benar menganggap itu sesuatu yang penting yang perlu dijaga dan dipertahankan. Jadi, ketika menghirup masakan kacang merah, hati dan pikirannya langsung tertuju kepada hal yang kurang penting. 

Dalam kehidupan kita, tanpa kita sadari kita suka berperilaku seperti Esau. Meski sudah tahu kita adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak istimewa yang didapat langsung dari-Nya, tetapi kita kerap menganggap itu sesuatu yang biasa. Jadi saat kenikmatan dunia datang, kita dengan mudah terjerat dan masuk ke dalamnya. 

Tuhan tidak senang dengan perilaku seperti ini. Yang Dia mau, kita senantiasa menjaga dan menghargai hak-hak istimewa kita sebagai anak-anak-Nya. Sebab dengan begitu kita berarti menghormati dan menghargai anugerah-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: Yer 43-45; Maz 84-85


Renungan harian lainnya