MERASA PALING BENAR

MERASA PALING BENAR

Bacaan: Matius 23:13-39 

 

Kunci Sukses:
Berhati-hatilah dengan pembenaran diri sendiri

Memperdalam Akar Iman:
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Matius 23:11

 

Para pemimpin agama sering merasa terancam ketika otoritasnya dipertanyakan oleh orang yang kritis. Mereka merespons dengan menuduh orang kritis itu sebagai orang tidak beriman, orang kafir, atau orang berdosa yang tidak perlu didengarkan. Dengan begitu, mereka dapat mempertahankan otoritas dan kekuasaan mereka di hadapan umat.

Sudah seharusnya pemimpin agama mengembangkan sikap autokritik (kritik terhadap diri sendiri untuk perbaikan diri) dan bukan membela diri atau mengkritik orang lain. Maka, sifat yang berbahaya bagi tokoh agama adalah merasa dirinya paling benar. Sifat ini yang terlihat pada orang Farisi dan ahli Taurat.

Tujuh seruan “Celakalah” yang keras dari Yesus mengingatkan akan bahaya ini kepada orang banyak. Pertama, para pemimpin agama justru menghalangi umat dari keselamatan (Ayat 13). Kedua, dalam mempertobatkan orang, mereka malah menekan orang-orang dengan aturan-aturan yang sejatinya bukan kebenaran, melainkan tradisi semata (Ayat 15). Ketiga, mereka mengalihkan umat dari hal-hal yang sangat penting dalam ibadah ke hal-hal yang bersifat superfisial (Ayat 16-19). Keempat, mereka mempraktikkan kewajiban persepuluhan, tetapi melupakan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan yang merupakan inti Taurat (Ayat 23). Kelima, mereka munafik karena hanya berfokus pada tampak luar, padahal itu semua tidak bersesuaian dengan hati mereka (Ayat 25-26). Keenam, mereka munafik karena mereka tampak baik dari luar, tetapi hati mereka penuh kebusukan dan kenajisan (Ayat 27-28). Ketujuh, mereka adalah keturunan para pembunuh kebenaran, tepatnya para pembunuh Tuhan karena Tuhan adalah kebenaran (Ayat Ayat 29-32).

Ketika kita mengaku beragama, berhati-hatilah dengan pembenaran diri sendiri. Sifat ini dapat menjadikan kita tidak lagi peka terhadap kelemahan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan diri.

Mari kita berdoa kiranya Tuhan terus menegur kita, sehingga kita terbuka bagi setiap kritik dan bahkan dapat menghidupi autokritik yang membuat kita peka terhadap keterbatasan kita. Tuhan berkati.

 

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 32-33; Kisah Rasul 14

****


Renungan harian lainnya