MENGATASI KEMARAHAN

MENGATASI KEMARAHAN

Bacaan: Amsal 29:1-11

 

Kunci Sukses:
Menahan diri lebih baik daripada kemarahan yang meluap.

Memperdalam Akar Iman:
“Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya.” Amsal 29:11

 

 

Dari sejak dulu semua manusia tidak lepas dari rasa marah karena merasa dirugikan atau dikecewakan oleh orang lain. Bahkan hingga terjadi perbuatan marah yang diluar kendali akal sehatnya yang ditunggangi emosi sesaat.

Menurut para ahli jiwa kemarahan seseorang tidak dapat hilang sampai orang itu melampiaskan amarahnya pada sasaran apa saja. Dan ketika seseorang dikuasai emosi amarah yang tidak terkontrol itu seperti “kesetanan”. Apakah ini solusi yang tepat dalam mengatasi kemarahan? 

Dalam kitab Amsal memberikan perbandingan antara orang bebal dan orang bijak. Orang bebal akan melampiaskan kemarahannya sedangkan orang bijak akan meredakan amarahnya. Jadi jelas menurut Alkitab menganjurkan kemarahan harus diredakan.

Kemarahan ibarat api yang menyala jika dibiarkan akan membakar apa saja yang ada di sekitarnya dan sulit dipadamkan. Tapi api perlu segera diredakan hingga berangsur-angsur padam demikian juga dengan kemarahan. Tuhan Yesus juga pernah marah dan mengekspresikan kemarahan itu, tetapi Tuhan Yesus bukan pemarah. Alkitab tidak melarang kita untuk marah tapi jangan menjadi pemarah, karena itu atasilah kemarahan kita secepatnya dengan cara berdoa, memberi pengampunan, miliki kesabaran, dan alihkan perhatian kita kepada perkara perkara yang positif.

Efesus 4:26-27, Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

Atasilah kemarahan sebelum ia menghancurkan hidup kita, menahan diri lebih baik daripada kemarahan yang meluap. Amin.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 18-19; 1 Timotius 5

 

****

 

 


Renungan harian lainnya