Lemah Lembut

Lemah Lembut

Bacaan: Amsal 15

Kunci Sukses:
Kalau di hadapan Tuhan orang mampu merendahkan diri, maka di hadapan sesama ia pasti tidak akan menyombongkan diri.

Memperdalam akar iman:
“Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Amsal 15:1

 

Hari-hari ini dunia penuh dengan persaingan. Ada yang bersaing secara sehat, ada juga yang bersaing secara tidak sehat dengan saling menjatuhkan satu sama lain. Keadaan ini membentuk sifat keras hati dalam diri seseorang: mudah dibakar emosi dan tidak mudah percaya terhadap orang lain. Orang berpikir jika bersikap lunak terhadap orang mereka akan mudah sekali dimanfaatkan dan dipermainkan. Akhirnya masalah apa pun selalu diwarnai dengan ketegangan, sebab perkataan yang keluar bukanlah perkataan lemah lembut, melainkan perkataan pedas yang membangkitkan amarah.

Lawan dari sifat keras hati adalah lemah lembut. Lemah lembut adalah sifat Kristus yang mengajari orang percaya agar mengenal diri sebagaimana adanya dan memandang Tuhan sebagaimana Ia ada. Mengenal diri adalah menyadari bahwa sesungguhnya di hadapan Tuhan kita ini lemah dan penuh keterbatasan, sehingga  kita akan menjadi orang yang rendah hati, karena sadar bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Dari dasar kerendahan hati inilah akan tumbuh sifat lemah lembut. Kalau di hadapan Tuhan orang mampu merendahkan diri, maka di hadapan sesama ia pasti tidak akan pernah menganggap diri lebih dari orang lain atau menyombongkan diri. “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Lukas 18:14b); ia akan bersikap hormat, lemah lembut dan manis budi terhadap semua orang.

Musa adalah contoh orang yang punya kelemahlembutan dan juga kerendahan hati. Tanpa memiliki sifat ini mustahil ia dapat memimpin bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun, sebab “…mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk.” (Keluaran 32:9), yang suka mengomel dan bersungut-sungut. Ketika umat Israel membuat patung lembu dari emas untuk disembah, Musa datang kepada Tuhan dan memohon belas kasih-Nya agar mau mengampuni perbuatan keji bangsa itu. Begitu besar kasih-Nya kepada umat Israel sampai-sampai Musa rela namanya dihapus dari buku kehidupan, asal saja Tuhan mau mengampuni dosa mereka (Keluaran 32:32).

Bacaan Alkitab Setahun:  Ayub 5-6; Wahyu 2


Renungan harian lainnya