Hati

Hati

Bacaan: Markus 14:1-11

Kunci Sukses:
Hati adalah pusat dari segala aktivitas manusia. 

Memperdalam Akar Iman:
”Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat.” Markus 14:1

 

Istilah “hati” mendapat tempat yang utama dalam Alkitab sebab kata ini dipakai ribuan kali. Hati menunjukkan pusat dari segala aktivitas manusia, baik secara emosi, intelektual, maupun moral. Amsal sendiri mengatakan bahwa hati merupakan pusat kehidupan manusia (Ams. 4:23). Dengan demikian, segala hal yang baik maupun buruk bersumber pada hati (Mat. 15:18-20; Mrk. 7:20-23).

Dalam perikop ini, kita bisa melihat ekspresi hati manusia melalui tindakannya: Pertama, hati yang penuh kebencian. Kritikan dan popularitas Yesus telah membuat para agamawan Yahudi sudah kehilangan akal sehat. Mereka merancang plot pembunuhan Yesus dengan cara licik. Para imam kepala dan ahli Taurat tidak berani menangkap Yesus di depan publik sebab mereka takut kepada reaksi masyarakat yang tidak menguntungkan posisi mereka (Markus 14:1-2). Kedua, hati yang tulus. Di zaman itu, minyak narwastu murni sangat mahal. Harganya setara dengan upah kerja seseorang dalam setahun. Minyak ini dipersembahkan seorang wanita tidak dikenal kepada Yesus sebagai persiapan kematian-Nya (Markus 14:3, 6, 8). Karena kasihnya kepada Yesus, ia rela memberikan benda yang paling berharga yang dimilikinya. Perbuatannya itu akan dikenang di sepanjang masa (Markus 14:9). Ketiga, hati yang bodoh. Tindakan wanita tersebut menyulut kemarahan orang di sekitar Yesus (Markus 14:4-5). Mereka hanya memikirkan pekerjaan Allah, tetapi lupa memprioritaskan Yesus. Orang-orang tersebut lupa bahwa orang miskin selalu ada dalam dunia, tetapi Yesus tidak selalu ada bersama mereka, (Markus 14:7). Keempat, hati yang tamak dan egois. Di kalangan dua belas murid Yesus, tugas Yudas Iskariot adalah bendahara. Ia dituduh menggelapkan uang yang dipercaya kepadanya. Ia tidak pernah memikirkan orang lain, kecuali dirinya. Melihat tawaran yang menggiurkan dari para agamawan Yahudi, ia menjadi gelap mata dan bersekongkol dengan mereka. Ia rela melakukan apa pun demi materi meski harus menjual dan mengkhianati guru-Nya (Markus 14:10-11). Saat melakukan pekerjaan Allah, apa yang terpancar di hati kita?

**********

 


Renungan harian lainnya