SUNGKAN MENEGUR

SUNGKAN MENEGUR

Bacaan: Wahyu 2:18-29 

 

Kunci Sukses:
Teguran membawa kebaikan supaya orang yang salah tidak makin jauh melangkah di jalan yang salah.

Memperdalam Akar Iman:
Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. Wahyu 2:20

 

Tibalah pada surat keempat, yaitu surat kepada jemaat di Tiatira. Mereka pun menerima pujian karena kasih, iman, dan pelayanan mereka (ayat 19). Sekalipun demikian, ada satu hal yang ditegur keras oleh Tuhan. Disebutkan bahwa mereka membiarkan seorang wanita, Izebel, mengajarkan ajaran yang tidak benar (ayat 20). Tuhan sangat tidak suka dengan ajaran wanita itu. Tuhan sudah memberikan kesempatan baginya untuk bertobat, tetapi tidak digunakannya (ayat 21). Oleh karena itu, hukuman akan dijatuhkan kepadanya dan semua orang yang mengikuti ajarannya (ayat 22-23).

Mengapa sampai ada orang yang mengajarkan hal tidak benar di tengah jemaat dan tidak dihentikan? Tidak disebutkan alasannya. Surat itu hanya menyebutkan: “… engkau membiarkan …” (ayat 20). Hal itu berarti, mereka sebenarnya telah tahu bahwa orang itu mengajarkan hal yang tidak benar. Bisa jadi mereka takut atau sungkan untuk menegur dan memberikan sanksi kepada orang itu, bisa pula karena penyebab lain. Namun, yang jelas keberadaan orang itu bukan tidak diketahui.

Rasa sungkan sangat umum di tengah sebagian masyarakat. Rasa sungkan membuat orang enggan menegur orang yang sudah nyata-nyata berbuat salah. Bisa jadi mereka sungkan karena posisinya yang terhormat atau kaya, bisa pula karena malas atau tidak ingin mendapat masalah. Orang akhirnya mendiamkan perbuatan salah itu.

Padahal, menegur orang yang melakukan kesalahan adalah salah satu kewajiban dalam kehidupan persekutuan. Tentunya, teguran itu diberikan bukan dalam semangat untuk menjatuhkan orang yang bersalah. Teguran itu justru membawa kebaikan supaya orang yang salah tidak makin jauh melangkah di jalan yang salah. Jika dibiarkan, hal itu sama saja membiarkan orang yang berjalan menuju jurang jatuh ke dalam jurang. Terlebih lagi, jika kesalahannya itu berpengaruh kepada anggota jemaat yang lain. Betapa teguran itu sesuatu yang harus dilakukan untuk menjaga kebenaran di tengah jemaat. Tentu saja, teguran itu harus dengan penuh kasih. Tuhan berkati.

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 37-38; Mazmur 81

***


Renungan harian lainnya