SALAM DARI SIAPA?

Bacaan: Wahyu 1:4-8
Kunci Sukses:
Salam bisa mendatangkan kedamaian bukan karena kita yang berbaik hati, namun karena Tuhan yang berkuasa memberikannya.
Memperdalam Akar Iman:
Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya. Wahyu 1:4
Ada kata-kata yang kerap kita ucapkan, “Titip salam, ya!” Kata-kata itu terucap ketika kita tahu seseorang akan bertemu dengan orang yang kita kenal, apalagi yang kita kasihi; kadang kita menitipkan salam kita untuk orang tersebut. Namun, apa sebenarnya salam itu?
Arti harfiah dari salam adalah damai. Hal itu berarti, kalau orang menyampaikan salam kepada orang lain, dia mengharapkan orang itu berada dalam kondisi damai. Dalam Kitab Wahyu ini, yang berupa surat kepada tujuh jemaat, Yohanes pun menyampaikan salam yang berisi harapan supaya jemaat selalu berada dalam kasih karunia dan damai sejahtera (ayat 4). Namun, kasih karunia dan damai sejahtera seperti apa dan dari siapa?
Yohanes menyebutkan bahwa kasih karunia dan damai sejahtera yang dia harapkan berasal dari Allah. Bahkan, Allah itu dia gambarkan sebagai yang sudah ada dan yang akan datang (ayat 4, 8). Yohanes masih menambahkan bahwa kasih karunia dan damai sejahtera itu juga berasal dari ketujuh roh di hadapan takhta-Nya dan dari Yesus Kristus (ayat 5). Karena itu, yang patut dimuliakan hanyalah Tuhan. Yohanes menggambarkan Tuhan sebagai yang mengasihi dan yang melepaskan kita dari dosa (ayat 5), serta membuat jemaat menjadi suatu kerajaan dan imam (ayat 6). Dia juga adalah yang akan datang kembali (ayat 7), serta yang mahakuasa (ayat 8).
Dari semua perkataan Yohanes itu, kita belajar untuk mengharapkan yang terbaik bagi orang yang kita beri salam. Bukan sekadar bunga bibir atau basa-basi, salam kita merupakan doa kita bagi orang yang kita beri salam. Selain itu, hal ini menunjukkan tindakan kita memuliakan Tuhan yang bisa mengaruniakan “salam” itu.
Itu bukan berarti salam kita yang membuat orang itu menjadi damai, baik, dan sejahtera. Namun, semua karena ada Dia, Tuhan, yang mengaruniakannya. Salam bisa mendatangkan kedamaian bukan karena kita yang berbaik hati, namun karena Tuhan yang berkuasa memberikannya. Jadi, ketika kita menyampaikan salam, salam dari siapakah yang kita harap kita ucapkan? Salam kita pribadi saja, ataukah salam dari Tuhan sendiri? Tuhan memberkati.
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 9-10; Mazmur 66
Renungan harian lainnya

PRIBADI YANG MENGENAL HATI
February 16, 2025

PERTUMBUHAN ADALAH SUATU PROSES
February 15, 2025

MENGHINDARI PERTENGKARAN
February 14, 2025