Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan Sejati

Bacaan: Mazmur 1:1-6

Kunci Sukses:
Kebahagiaan sejati adalah hidup yang berhasil di mata Tuhan

Memperdalam akar iman:
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Maz 1:1-2

 

Banyak orang mendambakan kebahagiaan berupa kelegaan dari penderitaan, lepas dari berbagai kesulitan hidup, dan hidup serba berkecukupan. Apa benar semua itu mendatangkan kebahagiaan yang sejati? Kebahagiaan seseorang terkait erat pada relasinya dengan Tuhan. Karena Tuhan adalah sumber hidup maka hanya dengan memiliki persekutuan intim dengan Tuhan, seseorang bisa menikmati hidup ini(ayat 2). Sebaliknya orang yang bergaul intim dengan Tuhan tak mungkin bisa menikmati pergaulan dengan orang berdosa apalagi ikut-ikutan dalam kehidupan dosanya (ayat 1). Ikut-ikutan cara hidup orang berdosa hanya membawa seseorang semakin jauh dari kebenaran. Ayat 1 mengungkapkan bagaimana pergaulan yang sembarangan, dengan cepat merusak kebiasaan baik (Maz 1:1 Kor. 15:33). Mulai dengan mendengar bujukan (berjalan menurut nasihat orang fasik), lalu mulai menjadi kebiasaan (berdiri di jalan orang berdosa), tahu-tahu sudah menjadi bagian dari kumpulan perencana kejahatan (duduk di kumpulan pencemooh). Dengan kata lain, mulai dengan mengikuti ajakan orang untuk berdosa, berujung pada ikut mengajak orang lain untuk berdosa! Apa yang mungkin dituai oleh orang yang hidup dalam keberdosaan? Tidak ada yang bernilai kekal yang bisa ditabung untuk masa depan (ayat 4). Bahkan kebinasaan menjadi akhir tragis bagi mereka (ayat 6b)! 

Kebahagiaan apa yang bisa dinikmati orang yang bergaul dengan Tuhan? Kepuasan sejati karena tahu hidupnya berhasil di mata Tuhan, yaitu seperti pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang baik dan lebat. Siapakah yang disenangkan kalau bukan pemiliknya sendiri? Juga kepuasan yang tidak dapat pudar karena tahu hidup yang menghasilkan buah itu adalah hidup yang Tuhan pakai untuk memberkati orang lain. Hidup ini menjadi bermakna saat orang lain mengenal Yesus karena hidup kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 27;Bil 1; Luk 19

 


Renungan harian lainnya