HATI YANG RINDU KEPADA ALLAH

HATI YANG RINDU  KEPADA ALLAH

Bacaan: Mazmur 137

 

Kunci Sukses:
Dahulu di bawah kuasa dosa, kita terduduk hingga tersedu- sedu, kini di dalam anugerah Tuhan kita bangkit berdiri dan menyanyikan pujian penuh sukacita.

Memperdalam Akar Iman:
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.” (Roma 4:7-8)

 

Mazmur 137:1, “Di tepi sungaisungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.” 

Mazmur 137 berisi bait-bait kenangan akan kepahitan hidup ketika umat Israel berada di pembuangan Babel. Kedukaan paling mendalam adalah saat mereka tidak bisa lagi datang beribadah ke hadapan Tuhan. Begitulah keadaan di negara asing. Tidak mengherankan bila Sion, kota suci Yerusalem, tempat kediaman Tuhan, begitu dirindukan, hingga mereka terduduk dan menangis tersedu-sedu di tepian bengawan di Babel (ayat 1-2). Permintaan orang-orang Babel supaya umat Israel menyanyikan lagu Sion penuh dengan cemooh (ayat 3). Umat Israel sadar bahwa tantangan dari orang-orang Babel itu memperkuat kerinduan pulang ke tanah air. Kerinduan akan hadirat Tuhan memenuhi kata- kata pujian akan kemuliaan Sion sebagai takhta Tuhan. 

Kenangan pahit ini tidak mudah dilupakan. Ketika umat sudah kembali, pengalaman tersebut sengaja tidak dilupakan. Bait-bait mazmur pun dicipta untuk menemukan dorongan transformatif. Dapat dibayangkan ketika umat Tuhan teringat akan masa pembuangan dulu. Sang pemazmur bertekad bahwa ia tidak akan melupakan Yerusalem sampai kapan pun (ayat 5-6). Ia juga berseru kepada Tuhan supaya Tuhan menunjukkan keadilan-Nya. 

Kini, tangisan di tepian bengawan Babel terbayar sudah. Rindu yang terpendam untuk berziarah ke Sion akhirnya dapat dipuaskan. Yerusalem benar-benar menjadi puncak sukacita. Bila sewaktu berada di tepian sungai Babel mereka terduduk hingga tersedu-sedu, kini di Sion mereka bisa berdiri dan bernyanyi dengan sukacita. Begitulah kerinduan kita akan kemuliaan Tuhan dipuaskan. Dahulu di bawah kuasa dosa kita terduduk hingga tersedu-sedu, kini di dalam anugerah Tuhan kita bangkit berdiri dan menyanyikan pujian penuh sukacita. Sampai kapan pun hati kita tertuju kepada hadirat Tuhan. Betapa berharganya hati yang selalu rindu kepada Tuhan. Amin.

 

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 1-2-; Mazmur 118


Renungan harian lainnya