PENGORBANAN ISHAK

PENGORBANAN ISHAK

Bacaan: Kejadian 22:1-19

 

Kunci Sukses:
la tetap Maha Adil ketika mengampuni dalam kasih-Nya, karena Allah sendiri telah membayar harga keadilan itu lewat kematian Tuhan Yesus

Memperdalam Akar Iman:
 “Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” (Kejadian 22:8)

 

Merupakan kisah pengorbanan Ishak (AQEDAT YITS’KHAQ = pengikatan Ishak), pengikatan Ishak untuk dikorbankan, putera Abraham yang berakhir dengan penebusan kematian melalui seekor domba jantan. 

Kisah ini sungguh bermakna hakiki dan dahsyat. Banyak orang beranggapan bahwa kisah ini hanya sebatas ujian kepada Abraham, dengan anggapan seperti itu, mereka tidak mampu menghilangkan sifat antagonisme yang dimunculkan Allah. Mereka belum menyadari bahwa itu adalah suatu penggambaran dahsyat akan sebuah konsep penebusan yang dijanjikan Allah bagi manusia, yang diperagakan melalui sebuah tamsil (menyerupakan atau memisalkan sesuatu dengan hal lain agar lebih mudah dipahami) di mana sang korban (anak domba) perlu dibunuh demi pengampunan sang anak (anak Abraham) demi keadilan-Nya. Karena dosa yang diperbuat manusia, ada konsekuensi kematian/maut yang mengharuskan semua orang yang berdosa mati (Roma 6:23). 

Dan orang-orang berdosa itu diibaratkan sebagai anak Abraham yang harus disembelih, tetapi diselamatkan Allah dengan tebusan Anak Domba Allah yaitu Tuhan Yesus Kristus. Agar perlambangannya tidak salah, maka nabi Yohanes (Yohanes pembaptis) diutus untuk memastikankan hal tersebut ketika Yesus secara fisik datang menghampirinya : “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29). 

Allah sendiri secara “vertikal dari atas” yang menyediakan (menganugerahkan) tebusan keselamatan-Nya kepada manusia, dan bukan manusia Abraham yang mengusahakannya. Kembali sama dengan analogi penebusan dari “cawat kulit buatan Allah” (Kejadian 3:21): Benar-benar sebuah anugerah, bukan cawat daun yang diusahakan Adam (Kejadian 3:7). 

Ketika Allah tidak menghukum karena kasih-Nya, maka Allah menjadi non-adil; dan ketika Allah menghukum karena adil-Nya, maka Allah menjadi non-kasih. Kini, la tetap Maha Adil ketika mengampuni dalam kasih-Nya, karena Allah sendiri telah membayar harga keadilan itu lewat kematian Tuhan Yesus, Sang Firman yang diinkarnasikan ke dalam dunia. Amin

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 1-3; Mazmur 92-93

 


Renungan harian lainnya